Pembangunan rumah nempel stasiun atau transit oriented development (TOD) tengah gencar dilakukan oleh pemerintah. Lantas, seperti apa prospek bisnisnya?
Menurut Wakil Ketua DPP Real Estate Indonesia (REI) Hari Ganie pada dasarnya prospek pembangunan kawasan memiliki market yang tinggi. Sebab memiliki tiga target konsumen.
Pertama masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), milenial, dan masyarakat berpenghasilan menengah ke atas.
“Kalau saya lihat memang ada tiga peluang. MBR yang diwajibkan 30% dari total unit, lalu kita lihat market milenial 30% dan sisanya untuk masyarakat middle income,” jelas dia di sela-sela acara FGD-Series 1 di Veranda Hotel, Jakarta.
Ia memaparkan, penilaian prospek tersebut berdasarkan harga di lapangan. Sebab, tempat tinggal tersebut rata-rata dipatok di kisaran seratus jutaan sehingga banyak diminati masyarakat.
“Marketnya gimana? Itu titik yang paling gampang dijual karena sekarang yang menengah ke bawah itu kan, anggap dua pembeli MBR dan pembeli milenial. MBR itu Rp 130 juta-an, milenial Rp 150 juta sampai Rp 500 juta,” sambung dia.
Sementara itu, pembangunan kawasan TOD di sudah dilakukan di beberapa titik, seperti Stasiun Pondok Cina, Stasiun Tanjung Barat dan Stasiun Bogor. Pengembang swasta dalam hal ini minta dilibatkan. Selama ini pembangunan TOD masih dilakukan oleh BUMN.
Sumber: detik.com