Gaji Rp 4-7 Juta/Bulan Beli Rumah Ngos-ngosannya Cuma 3 Tahun

Jakarta – Memiliki sebuah hunian merupakan impian semua orang, tak terkecuali bagi kaum milenial atau kaum muda. Namun, kaum milenial saat ini dinilai sulit untuk membeli properti tersebut.

Lantas, bagaimana caranya supaya kaum milenial bisa memiliki hunian properti?

Country General Manager rumah123.com, Ignatius Untung, mengatakan mempunyai sebuah hunian bagi kaum milenial berpenghasilan Rp 4-7 juta bukan hal mustahil. Bahkan, mereka bisa memilih untuk memiliki hunian vertikal atau pun tapak yang terjangkau dompet.

Untung mengatakan, saat ini telah banyak pihak pengembang yang menyediakan hunian murah dengan harga di bawah Rp 300 juta. Hunian dengan harga itu bisa dicari di Jakarta untuk hunian vertikal, mapun luar Jakarta untuk rumah tapak.

“Kalau ngomong milenial, contohnya kalau yang penghasilannya kisaran Rp 4-7 juta, (untuk rumah tapak) ya kebanyakan masih di pinggiran Jakarta. Yang paling banyak itu di Depok, terus ke arah Bogor, Bekasi ke arah timur lagi banyak, Tangerang. Kalau apartemen di wilayah Cengkareng, Kalideres, masih ada,” kata Untung di Jakarta, Kamis (9/11/3017).
Kemudian, kata Untung, mereka bisa mengambil hunian dengan cara mencicil atau melalui kredit perumahan rakyat (KPR). Kaum milenial perlu menghitung kemampuan untuk membayar cicilan. Hal itu dapat dihitung dari 30% penghasilan yang diterima setiap bulannya.

Jika dihitung secara kasar, maka kaum milenial berpenghasilan Rp 4-Rp 7 juta/bulan bisa menyisihkan sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta/perbulan untuk membayar cicilan, dengan tenor yang paling lama, misalnya 20 tahun.

“Dia beli lewat KPR, tapi dia ambil mana saja dulu yang terjangkau walaupun di luar Jakarta. KPR itu sebenarnya senekat-nekatnya kita, kita cuma ngos-ngosan sekitar 2-3 tahun, setelah itu sudah enggak karena gajinya sudah mulai naik, jadi bisa agak lega, nanti bisa stabil lagi,” katanya.

Selain itu, kata Untung, kaum milenial juga bisa membeli hunian dengan cara mencicil langsung ke pihak developer. Sebab pihak developer, biasanya mengizinkan cicilan dengan nilai lebih dari 30% penghasilan.

“Ini adalah opsi nekat. Ini ada grup orang-orang nekat, mereka adalah orang-orang yang bisa punya properti karena dia tidak beli lewat KPR, tapi lewat developer sehingga (cicilan) bisa lebih dari 30% (gaji). Termasuk saya, itu (cicilan) properti 75% dari gaji. Itu masih muda, tinggal sama orang tua, masih numpang makan orang tua, gaya hidup belum ketinggian. Itu dipaksain, dan mungkin bisa walau tersandung-sandung. Jadi yang kurang memang faktor edukasinya sih,” pungkasnya.

 

Sumber : Detik Finance

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *